 Alat  komunikasi berupa radar sangat unik dan bermanfaat sekali bagi  pertumbuhan teknologi tinggi. Ketika alat frekuensi lain tidak mampu  mengenal obyek, RADAR (radio and ranging) adalah alat pancar dan  sekaligus receiver digabung. yang bisa memantau obyek jarak jauh. Sebuah  radar bekerja karena dia mampu sebelumnya memancarkan sinyal kemudian  setelah mendapatkan obyek iapun bisa diterima. Kadang dalam bentuk  digital view kadang pula suara dan grafik lainnya. Dalam dunia hewan  teknologi radar dimiliki oleh kelelawar (Jowone codot utowo lowo).
Alat  komunikasi berupa radar sangat unik dan bermanfaat sekali bagi  pertumbuhan teknologi tinggi. Ketika alat frekuensi lain tidak mampu  mengenal obyek, RADAR (radio and ranging) adalah alat pancar dan  sekaligus receiver digabung. yang bisa memantau obyek jarak jauh. Sebuah  radar bekerja karena dia mampu sebelumnya memancarkan sinyal kemudian  setelah mendapatkan obyek iapun bisa diterima. Kadang dalam bentuk  digital view kadang pula suara dan grafik lainnya. Dalam dunia hewan  teknologi radar dimiliki oleh kelelawar (Jowone codot utowo lowo).Dalam  hati kita pun terdapt sejenis radar yang sudah ditanam untuk menerima  "frekuensi" dari Ilahi. Namun karena banyaknya area hot spot yang kurang  dipelihara, menyebabkan diskomunikasi dan kaburnya citra "ditigal" dalam  jiwa kita. Akibatnya, banyak hati yang dibiarkan kosong dan tidak  bekerja semestinya.
Biasakanlah  agar tidak ada penghalang antara kita dengan Allah. Penghalang itu  seperti: lamunan, keinginan, emosional, syahwat, nafsu, atau apapun yang berhubungan dengan duniawi, syetan, dan lain-lainnya. Dari kecil kita  juga diajari bahkan disimpan di dalam hati. Hendaklah semua penghlang  itu agar dilatih dengan bertakholli atau melatih diri dengan  mengosongkan segala macam penghalang agar antara kita dengan Allah tidak  ada penghalang sedikitpun alias lancar.
Yang  membuat kita terus berdoa sekian lama namun unsur penghalangnya  dibiarkan bebas menempati badan batin kita maka antara kita dengan Allah  masih tetap ada penghalang. Karena itu tanyakanlah kepada diri sendiri  sebab yang tahu adalah diri kita sendiri masih adakah penghalang yang  menggangu. Tindakan yang harus diberikan adalah singkirkan semua  penghalang itu. Maka proses ini disebut bertakholli. 
Dalam  berdzikir mengucapkan lafadz "laa ilaaha illallaah", ada tiga proses:  bertakholli yaitu mengosongkan segala isi hati yang dianggap Tuhan.  Kemudian tahap kedua, ber- Tahalli yaitu memasukkan yang sudah  ditiadakan tadi berupa Ilah. Tahalli berasal kata dari halal atau  memasukkan kesadaran penuh akan keagungan dan kedekatan kepada Allah di  hati. Kemudian Tuhan yang diagungkan itu dengan mengucapkan Illallaah  adalah proses Tajalli atau mengagungkan (jalla) yang hanya diberikan  kepada Allah. 
Dalam  aturan syari'at Rasulullah saw melarang meludah menghadap Kiblat.  Karena antara kita dengan Ka'bah sebenarnya tidak boleh ada penghalang.  Karena di antara kita dengan ka'bah itu ada Allah.
Dalam  istilah tarekat, dzikir jahar adalah untuk meluluhkan hati. Semakin  banyak dzikir jahar ketka melafalan laa ilaaha illallah, itu berarti si  lidah hanya sekedar membantu ketika berucap "laaa ilaahaa". Saat  mengucapkannya dengan ngawurpun tidak apa-apa tetapi saat mengucapkan  lafadz "illallah" maka niatkan dalam diri kita untuk menghancurkan  KOTORAN DALAM hati. 
Hal itu sebagaimana Rasulullah saw bersabda:
عن نافع ، عن ابن عمر ، قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : « إن هذه القلوب تصدأ كما يصدأ الحديد » قيل يا رسول الله ، فما جلاؤها ؟ قال : « ذكر الموت وتلاوة القرآن » - ( ومن مسند عبد الله بن عمرو 3924 ) قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم إن القلوب تصدأ كما يصدأ الحديد قيل فما جلاؤها يا رسول الله قال : كثرة تلاوة كتاب الله تعالى وكثرة الذكر لله عز وجل
Dari  Musnad Abdullah bin Amr, berkata : Rasulullah saw bersabda:  Sesungguhnya hati itu terdapat kotoran sebagaimana besi berkarat.  Dikatakan apa pembersihnya ya Rasulullah? Dijawab: banyak membaca quran  dan banyak berdzikir. 
Pengertian  "kamaa yasdaul hadidd" sebagaimana besi berkarat, maka … hati penuh  dengan karat seperti karatnya besi. Maka kikislah dengan dzikir  jahar. Kalimat "Illallaah" saat berucap niatkan itu dengan menancapkan  dalam hati sehingga yasda (karat-karat) tadi akan terkikis dalam hati.  Dengan terkikisnya karatan dalam hati, sehingga mampu memantulkan  cahaya yang datangnya dari Allah dan dikembalikan cahaya itu kepada  Allah. Itulah manfaatnya dzikir secara jahar. 
Dua Fungsi DzkirDalam berdzikir pula ada dua hal: dzikir lisan dan dzikir hati. Dzikir lisan itu menghasilkan dzikir dalam hati, sedangkan dzikir hati menghasilan muroqobah (saling mengawasi antara kita dan Allah, dimana Allah mengawasi kita dan kitapun mengawasi Allah). Adapun yang lebih mendekati pembersihan hati adalah dzikir tarekat Naqsabandiyah, yaitu dzikir ismudzat. (Imam Ghozali dalam kitab: Majmu' Rosail, halaman 179 darul fikr)
Sedangkan  dzikir hati itu sebagai upaya untuk bisa merasa dekat dengan Allah. Di  dalam dzikir hati ada perasaan muroqobah dengan Allah. Jadi fungsinya  beda: Kalau dzikir jahar berfungsi untuk mengikis kotoran sedangkan  dzikir hati membantu untuk menghilangkan batu yang gelap gulita agar  bisa terang benderang. Karenanya nur ilahi yang kita terima dalam hati  lalu tidak tampak sinarnya mungkin karena kotoran seperti hal-hal di  atas. Maka dengan dihilangkan melaui pendengaran  dan penglihatan bisa  menjadi bersih.
Yang  namanya hati mempunyai mata, hidung. Karenanya semuanya itu harus  dibersihkan. Sebab sebagaimana mata, hidung dan telinga yang kita miliki  juga menghasilkan banyak sekali kotoran yang dihasilkan. 
Ibnu Hajar Al Asqolani berkata: "Pahala  itu ada tingkatan derajatnya disebabkan dengan jerih payahnya  (masyaqot). Karena di dalam jerih payah itu terdapat ganjaran." Tidak  beribadah tapi masyaqot itu berpahala. 
Dalam  pengalaman sehari-hari, orang-orang yang tengah beribadah akan  menghadapi berbagai macam kendala. Kendala-kendala itu itulah disebut  penghalang (masyaqot). Namun siapa saja yang ber¬u¬sa¬ha terus untuk  beribadah meskipun sulit karena adanya peng¬halang, maka pahala itu akan  terus mengiringinya.
Karena  itu pahala itu sesuai dengan rasa capeknya. Karena itu orang yang  berfikir itu berbeda dengan orang yang tidak berfikir. Demikian pula  orang yang santai berbeda dengan orang yang berdzikir. Kecepatan orang  yang berdzikir luar biasa begitu pula pahalanya. 
Penghalang  seperti rasa mengantuk, capek, malas dan lain-lain itu bisa dilawan  terus maka di sana ada pahala yang siap mengiringinya. Singkatnya,  perbedaan sedikit dan banyaknya atau berbobot dan tidaknya nilai pahala  semua itu diseimbangkan dengan masyaqotnya.
Sehingga  kita bisa bercermin dengan mereka yang tidak pernah merasa lelah.  Misalnya saat harus melalukan kebaikan namun kondisinya loyo tapi tetap  saja mau datang dan melakukan dzikir yang dijadikan sebagai kebiasaan  baik, maka dibalik itu ada sesuatu yang luar biasa. Di sanalah ada pahala Allah karena sebagaimana ungkapan Ibnu Hajar di atas, pahala  Allah akan disesuaikan dengan masyaqqot. Tentunya tempat berdzikir itu  juga berbeda antara tempat yang masyaqot dengan yang memiliki tempat  nyaman. Jadi tempat yang tidak mewah dan tidak nyaman namun aktivitasnya  bernilai, maka tentu nilainya pasti berbeda dengan yang berada di  tempat yang mewah lagi nyaman. 
Masyaqot adalah penghalang kita menuju ALlah. Tapi masyaqot juga menjadi penyebab untuk mendpatkan pahala yang derajatnya berbeda dengan orang lain yang kurang masyaqotnya.
SEMAKIN  SERING MEMBERSIHKAN HATI DENGAN BERDZIKIR BAIK DZIKIR LAHIR MAUPUN  DZIKIR HATI, INSYA ALLAH HOT SPOT KITA SEMAKIN PEKA DAN KARENANYA,  FREKUENSI MENJADI BENING SEHINGGA "RADAR HATI" SEMAKIN BERFUNGSI UNTUK  KEMASLAHATAN.
WALLAHU A'LAM. 
-----
Sumber: http://www.buntetpesantren.org
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar